Mesin Pencari

Selasa, 26 April 2016

Era Islam: Teori Yang Mendasari Masuknya Islam Ke Nusantara

Dari berbagai teori yang menjelaskan tentang asal muasal masuknya Agama Islam ke Kepulauan Nusantara, berikut ini merupakan beberapa teori yang paling dikenal hingga saat ini.
I. TEORI MEKKAH, ARAB SAUDI
Teori ini dicetuskan oleh Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka), salah satu ulama dan sastrawan tersohor yang juga merupakan penulis buku terkenal bersetting pra-kemerdekaan: Tenggelamnya Kapal Van der Wijck. Teori ini menjelaskan, bahwa proses masuknya Islam ke Nusantara di pelopori oleh orang-orang Arab yang berlayar lalu singgah sejenak di Nusantara.

Proses Islamisasi menurut teori ini berlangsung pada abad pertama Hijriah atau sekitar abad ke-7 Masehi. Saat itu, proses Islamisasi dilakukan oleh para Musafir (kaum pengembara) yang datang ke Nusantara hanya dengan satu tujuan: menyebarkan dan mengembangkan Agama Islam. Hal ini pun di dukung oleh seorang tokoh bernama Anthony H Jons.
Bukti dari teori ini adalah gelar "Al-Malik" yang saat itu merupakan gelar yang banyak di sematkan kepada sultan-sultan penguasa daerah. Selain itu, adanya pemukiman dan komunitas-komunitas Islam yang berkembang saat itu juga merupakan bukti yang memperkuat teori ini.
II. TEORI PERSIA (DAERAH SEKITAR IRAN SAAT INI)
Selanjutnya merupakan teori yang dikemukakan oleh Hoesein Djajadiningrat. Ia berpendapat bahwa proses integrasi Islam ke Nusantara di lakukan oleh orang-orang Bangsa Persia. Pendapatnya didasarkan pada kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Persia dan Indonesia yang biasa di sebut tradisi tabot, yaitu tradisi merayakan 10 Muharram atau Asyuro sebagai hari suci kaum Syiah atas kematian Husein bin Ali. Tradisi ini berkembang di daerah Pariaman, Sumatra Barat dan Bengkulu.

III. TEORI GUJARAT, INDIA
Terakhir adalah Teori Gujarat yang merupakan pendapat dari seorang tokoh bernama J. Pijnapel yang kemudian di dukung oleh C. Snouck Hurgronye, dan J. P. Moquetta. Teori ini mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari Gujarat, India sekitar abad ke-7 Hijriah atau sekitar abad ke-13 Masehi. Gujarat sendiri merupakan suatu wilayah yang terletak di India Barat yang berdekatan dengan laut Arab. Karena kedekatan tersebut, banyak masyarakat Gujarat yang memeluk Agama Islam.

Berdasarkan teori Gujarat ini, pedagang-pedagang yang berasal dari Gujarat dan telah memeluk Agama Islam banyak yang berlayar ke kepulauan Nusantara. Pada awalnya, mereka hanya datang untuk berdagang, namun setelah lama berlangsung, orang-orang Gujarat akhirnya berdagang seraya menyebarkan Agama Islam pada penduduk pribumi. Argumentasi yang mendasari teori ini berasal dari batu nisan Sultan Malik Al-Saleh yang wafat pada 17 Djulhijjah 831 Hijriah di Pasai, Aceh dan makam Maulana Malik Ibrahin di Gresik, Jawa Timur. Kedua batu nisan tersebut memiliki bentuk yang sama dengan yang ada di Kambay, Gujarat
KONSEP:
- Teori Mekkah dicetuskan oleh Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka).
- Bukti yang mendasari teori Mekkah adalah gelar "Al-Malik" dan juga pemukiman dan komunitas-komunitas muslim yang banyak di temukan saat itu.
- Teori Persia dikemukakan oleh Hosein Djajadiningrat.
- Bukti yang mendasari teori Persia adalah kesamaan tradisi antara Persia dengan Indonesia (tradisi tabot).
- Teori Gujarat disosialisasikan oleh J. Pijnapel, lalu di dukung oleh C. Snouck Hugronye dan J. P. Moquetta.
- Bukti dari teori Gujarat adalah batu nisan Maulana Malik Ibrahim dan batu nisan Sultan Malik Al-Saleh

Jumat, 30 Oktober 2015

Hindu-Buddha: Teori Masuknya Agama Hindu-Buddha ke Indonesia

Terdapat berbagai pendapat mengenai proses masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia. Sampai saat ini, masih ada perbedaan pendapat mengenai cara dan jalur proses masuknya pengaruh Hindu-Buddha di Kepulauan Indonesia. Berikut teori-teori yang mewarnai sejarah masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia:



1. Teori Brahmana
Teori ini merupakan pendapat J.C. van Leur yang menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu-Buddha disebabkan oleh peranan kaum Brahmana. Dasar dari pendapat ini adalah, ditemukannya prasasti-prasasti yang menggunakan bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa. Pada saat itu, bahasa dan huruf tersebut hanya dikuasai oleh kaum Brahmana. Selain itu, adanya kepentingan dari para penguasa untuk mengundang para Brahmana dari India, yang tak lain adalah untuk keperluan upacara keagamaan. Salah satunya adalah upacara inisiasi, upacara tersebut dilakukan oleh para kepala suku agar mereka menjadi golongan ksatria.

2. Teori Ksatria
Teori ini ksatria ini memiliki multipenafsir, namun masih dalam satu koridor. Salah satu yang mencetuskam teori ini adalah R.C Majunder, ia berpendapat bahwa munculnya kerajaan-kerajaan atau pengaruh Hindu-Buddha di Kepulauan Indonesia disebabkan oleh peranan kaum ksatria atau para prajurit India. Para prajurit diduga melarikan diri dari India dan mendirikan kerajaan-kerajaan di Kepulauan Indonesia dan Asia Tenggara pada umumnya. Namun, teori ini kurang disertai bukti-bukti yang mendukung, salah satunya adalah tiadanya bukti bahwa dahulu India pernah menjajah Nusantara dan meyebabkan banyaknya prajurit India yang menetap dan mendirikan kerajaan di Nusantara.

3. Teori Waisya
Teori ini dikemukakan oleh N.J. Krom yang berpendapat bahwa kelompok yang berperan dalam penyebaran Hindu-Buddha di Asia Tenggara, termasuk Nusantara adalah kaum pedagang. Awalnya para pedagang India berlayar mengikuti musim dan kondisi alam. Bila musim angin tidak memungkinkan untuk berlayar, mereka akan menetap lebih lama untuk menunggu musim membaik. Seiring berjalannya waktu, para pedagang India pun melakukan perkawinan dengan penduduk pribumi. Melalui perkawinan tersebut, mereka mengembangkan kebudayaan India di bumi Nusantara.

4. Teori Sudra
Teori ini dikemukakan oleh van Faber. Teori ini menjelaskan bahwa pada jaman dahulu, di India banyak terjadi peperangan. Oleh karena itu, kaum sudra berimigrasi ke Kepulauan Nusantara. Setelah tiba di Nusantara, mereka melakukan pernikahan dengan masyarakat pribumi lalu menyebarkan ajaran Hindu-Buddha.

5. Teori Arus Balik
Teori ini lebih menekankan pada peranan masyarakat Nusantara sendiri dalam proses penyebaran kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia. Artinya, orang-orang di Kepulauan Nusantara terutama para tokohnyalah yang berlayar ke India. Di negara tersebut, mereka berlajar hal ihwal agama dan kebudayaan Hindu-Buddha. Setelah itu, mereka kembali ke bumi Nusantara dan menyebarkan ajaran yang telah mereka pelajari kepada masyarakat Nusantara.

Arca Prajnaparamita


KONSEP:
1. Teori Brahmana (Pendeta, Pemuka Agama) dicetuskan oleh J.C. van Leur
2. Teori Ksatria (Raja/Bangsawan, Pejabat, Prajurit) dicetuskan oleh R.C. Majunder
3. Teori Waisya (Pedagang) dicetuskan oleh N.J. Krom
4. Teori Sudra (Budak) dicetuskan oleh van Faber